Mattanews.com Klaten -– Menejemen
Bumdes Tirta mandiri, Desa Ponggok, kecamatan Polanhardjo, Klaten Jawa Tengah
berencana menjual sebagian asettnya guna menutup devisit pendapatan yang terus
terjadi pada 7 bulan terakhir ini. Permohonan penjualan asset disampaikan
kepada Pemerintah Desa Ponggok melalui rapat musyawarah desa Kamis ( 15/10) di aula
kantor desa, akibat dampak covid 19.Kantor desa Ponggok Klaten Jawa Tengah
Dalam musyawarah yang dihadiri Kepala desa Ponggok Djunaedi
Mulyono serta diikuti seluruh perwakilan dari masing masing RW, unsur pemuda,
BPD, pengawas serta pengurus Bumdes dan tokoh masyarakat, pihak Bumdes akan
meenejual beberapa asset mereka berupa tanah sawah guna menutup ongkos operasional
serta belanja karyawan yang mencapai Rp 70 juta pertahun.
Kepala Desa Ponggok Djunaedi Mulyono kepada wartawan
menjelaskan, saat ini keinginan pengurus Bumdes masih dibahas dan disampaikan
kepada forum guna mencari solusi terbaik. Dengan harapan dimasa pandemi dan
menyongsong tatanan hidup baru Bumdes tetap berdiri tegar, tidak kolaps dan
tutup, sehingga karyawan dan warga tetap dapat bekerja dan memiliki pendapatan.
“ Kita masih mempelajari dan membahas permintaan menejemen
Bumdes Tirta mandiri. Mudah mudahan dalam musyawarah ini ada titik temu,membuahkan
hasil atau jalan keluar yang terbaik. Bumdes tetap eksis, sehingga warga tidak
kehilangan pekerjaan”, harapnya.
Menurut Joned panggilan akrab kepala desa Ponggok, Dengan usaha
yang dikelola saat ini, PAD ( Pendapatan Asli Daerah) Ponggok mencapai Rp 11
milliar/tahun. Dari pendapatan ini, Ponggok satu satunya desa yang mampu
memberi bea siswa pada warganya untuk mengeyam pendidikan mulai dari bangkus SD
hingga meraih gelar kesarjanaan. Sehingga ada aprogram satu desa satu sarjana.
Namun akibat pandemic covid yang sudah berjalan hampir setahun, semua
usaha wisata yang dikelola Bumdes tutup total, nyaris tanpa pendapatan. Hasil
diversifikasi yang dilakukan Kepala Desa dan menejemen Bumdes yang mampu
mengangkat desa Ponggok hingga manca negara, kini nyaris tenggelam.
Sementara dulu dengan keunggulan berbagai obyek wisata air
Ponggok yang ada Bumdes mampu membeli
berbagai asset kekayaan, termasuk 6 bidang tanah sawah. Namun kini Bumdes
mengalami kesulitan keuangan untuk sekedara bertahan. Maka dalam kondisi ini
maka tidak ada yang salah jika menejemen Bumdes berniat menjual beberapa
asettnya guna menyelamatkan asset yang lebih besar dan potensial. Agar Bumdes tetap
bertahan walau di era sulit seperti ini.
![]() |
Kepala Desa Ponggok Djunaedi |
Terkait adanya beberapa warga desa yang menamakan diri sebagai
Forum Masyarakat Peduli Ponggok menolak dan tidak setuju adanya penjualan
asset. Menurut Djoned itu hal biasa dalam sebuah dinamika kehidupan di desa.
Selama yang mereka sampaikan melalui mekanisme dan cara yang benar tidak ada
masalah. Pro kotra menurutnya hal biasa. Namun semua kembali pada hasil
kesepakatan warga.
“ Semua keputusan ada di hasil akhir musyawarah desa nanti. Jika
memang musdes sebagai perwakilan warga menyetujui penjualan asset demi
menyelamatkan asset yang lebih besar ya itu yang kita terima dan haraus dijalankan.
Jika masih ada warga yang keberatan bisa menempuh atau mencari keadilan dengan
cara lain seperti misalnya mengajukan keberatannya ke Peradilan Tata Usaha
Negara..” ujar Dojned. (mby)
0 komentar:
Post a Comment
Tanggapan dengan menyertakan identitas tentu akan lebih berharga...