![]() |
Puncak Watu Sepur Jotangan Bayat Klaten |
Sebut
saja obyek wisata Gunung Cinta dan watu perahu di desa Gunung Gajah, obyek
wisata Watu Sepur didesa Jotangan, Obyek wisata alam Kawah Putih di desa
Talang, obyek wisata Potorium Bukit Patrom yang satu paket dengan obyek wista
lengendaris bukit Toris di desa Kampak, Kraakitan, serta Obyek wisata Pertapan
di desa Kebon dan kini masih dalam proses penggarapan obyek wisata alam di
dukuh Karangasem. Krakitan serta obyek wisata Sapit Urang di Dukuh, dimana dari
kesemua obyek tersebut mengekplor habis tentang keindahan alam Bayat yang indah
asri dan masih perawan.
Salah
satu dari sekian obyek wisata tersebut kini masih terus berbenah ialah obyek
wisata Watu Sepur yang ada di desa Jotangan Kecamatan Bayat berbatasan dengan dua
desa yakni Desa Wiro, Desa Krakitan. Sama dengan obyek wisata alam lain di Bayat, Watu sepur tetap mengandalkan exsotisme
tumpukan batu memanjang yang menyerupai kereta api serta peninggalan bebatuan bersejarah
yang berada diketinggan 150 meter dari permukaan laut.
Memanjang
mulai dari Desa ngalas bersambung masuk wilayah Jimbung dan Ngemplak Kalikotes
pegunungan batu kapur tersebut memang memiliki keindahan dan panorama indah.
Keindahan semakin mempesona sambungan pegunungan tersebut masuk wilayah Desa
Jotangan yang nantinya akan berakhir di komplek makam Syeh Domba Bayat.
Obyek
Watu sepur sendiri barada dalam gugusan pegunungan Kembang Sari yang membentang
dari utara keselatan persis berada di timur obyek wisata Rowo Jombor. Selain obyek
utama berupa watu sepur yang konon adalah serombongan pasukan kerajaan, diatas
pegunungan Kembang sari masih terdapat peninggalan batu –batuan bersejarah yang
kini masih menjadi misteri. Sebut saja Watu Galar, Watu Payung, Watu jaran,
Watu Lawang dan masih banyak lagi.
Untuk
menjangkau obyek wisata Watu sepur tidak terlalu sulit, selain jalan menuju
lokasi yang semua sudah beraspal, letaknya tidak terlalu jauh dengan ibu kota
Kaabupaten. Ada 3 jalan alternatif untuk menuju kesana, jika dari arah Selatan
pengunjung bisa melalui jalan depan Makam Ki Ageng pandaran Bayat lewat
Krikilan terus keutara. Sedang bagi wisatawan yang kebetulan tengah berada di
waduk Rowo Jombor langsung bisa menuju kearah timur melewati jalan Gunung Pegat
dengan panorama hutannya yang indah. Sedang jika dari utara pengunjung bisa
melalaui jalan Kalikebo kearah Desa wiro dan sampai dilokasi.
Memasuki
kawasan wisata Watu Sepur kita akan dimanjakan dengan suasana alam dan
pegunungan yang indah menjulang cukup tinggi. Dengan berjalan sekitar 150 meter
kita sudah bisa mencapai puncak watu sepur. Dan jika kita ingin melihat
keindahan alam kota Klaten atau terbenamnya matahari kita bisa naik lagi menuju
puncak watu galar. Disini kita bisa melihat ke indahan waduk Rowo Jobor, kota
Solo dan Klaten di sore hari, dengan panorama alam yang indah dan cantik.
Walau
masih perawan dan belum digarap secara optimal, namun tempat ini sangat cocok
untuk wisata keluarga. Karena beberapa fasilitas penunjang seperti lahan parkir,
Gasebo, MCK, Mushola serta tempat-tempat istirahat sudah mulai dibangun
pengelola. Dengan hanya merogoh kocek Rp 2000 sekali masuk, kita bisa menikmati
keindahan alam disekitar Watu Sepur.
Watu
sepur sendiri adalah bongkahan batu padas berwarna putih yang memanjang dari
utara keselatan dengan panjang sekitar 240 meter dengan ketinggian permukaan
bervariatif mulai 1 hingga 3 meter dengan lebar sekitar 3 meter. Konon menurut
cerita Watu sepur terjadi karena adanya sabda dari salah satu punggawa atau
senopati kerajaan saat pasukan musuh akan menyerang. Menurut Cerita dari arah
Barat muncul rombongan prajurit yang dipimpin oleh seorang senopati akan menyerang
sebuah desa yang ada disebelah timur.
Ketakutan
kedatangan rombongan prajurit ini disampaikan pada sang panglima perang dan
punggawa kerajaan. Oleh sang punggawa kerajaan ketakutan itu hanya dijawab
dengan kata kata itu bukan rombongan prajurit tapi tumpukan batu yang menyerupai
sepur. Maka seketika itu pula rombongan pasukan musuh berubah menjadi batu
termasuk sang panglima perangnya yang asih ada diatas kudanya.
Kini
batu Kuda yang konon dijadikan kendaraan sang senopati masih ada di puncak
pegunungan Kumbang Sari bersama dengan keberadaan watu Galar, watau payung dan
watu Jarum. Namun sayang untuk batu jaran, bagian kepalanya sudah terputus
karena pernah terkena sambaran petir. Sedang watu lawang dan Watu Payung masih
dapat kita lihat. Menurut Cerita adalah payung dan umbul umbul dari peninggalan para prajurit
yang ikut terkena sumpah menjadi batu. Hingga kini di tepat-tempat tersebut
masih cukup wingit, dimana kita tidak boleh sembrangan bertutur kata dan
berbuat. Diwaktu waktu tertentu tempat tersebut masih dikunjungi oleh
orang-orang keperluan tertentu.
Keindahan
alam sekitar serta lokasi yang mudah dijangkau, kedepan tampaknya obyek wisata
Watu Sepur akan dijadikan obyek wisata alam regili edukasi. Hal ini disampaikan
oleh salah satu anggota pengelola mas TW yang sempat bincang-bincang dengan
MATTTANEWS. Menurutnya saat ini pengelolaan obyek wisata Watu Sepur sepenuhnya
dikelola oleh komunitas Bogoran Peduli, yakni komunitas anak muda dan warga
Jotangan yang peduli akan keselamatan kelestarian lingkungan serta sosial.
“Kedepan
watu sepur akan kita jadikan obyek wisata alam edukasi religi, dimana tempat
ini akan kita tata menjadi kawasan wisata outbond, camping, bumi perkemahan,
lintas alam serta taman edukasi lain yang bermanfaat bagi pengunjung, terutama
anak anak sekolah”, ujarnya.
Karena
arahnya sudah pada wisata alam yang sifatnya mendidik dan mencetak kemandirian tanggung
jawab dan kecerdasan anak, maka kedepan ditempat ini tidak akan ada pertunjukan
musik seperti ndangdut, sebagai media promosi menggaet pengunjung.” Kitaa akan
pyur menjadi wisata alam yang mampu menggugah pengunjung lebih mencintai alam,
setelah berkunjung kesini. Sehingga suasa hingar bingar sangat kita hindari,
termasuk pertunjukan musik di area ini”, tegasnya.
Menurut
TW saat ini dia dan temen-teman masih berusaha secara mandiri, tanpa antuan
dari pihak manapun juga termasuk dari desa. Namun semangat dan dedkasi
temen-temen yang tergabung dalam komunitas Bogoran Peduli mampu menyulap lahan
hutan jati tersebut menjadi lebih tertata rapi.
Masuk
ke area Watu Sepur, suasana alami memang masih terasa kuat. Masih belum banyak
stand orang jualan atau menjajakan souvenir. Walau sudah mulai ditata, namun
keberadaan tempat tempat istirahat seperti Mushola, gasebo dan rumah istirahat
masih sangat kurang. Termasuk baru ada dua buah toilet.” Kita memang masih
dalam proses pembenahan berjalana mas, sehingga semua fasilitas akan terus kita
tambah agar tempat ini lebih nyaman untuk diku njungi”, ujarnya.
Menurut
TW, kedepan obyek wisata Watu Sepur akan dilengkapi lahan untuk bumi perkemahan,
lintas alam, lokasi outond anak sekolah berikut instruktur dan peralatannya,
lapangan kecil terbuka untuk kegiatan pengunjung yang memerlukan tempat luas,
penambahan beberapa joglo untuk tempat pertemuan, toilet Mushola, serta
keberadaan kolam renang untuk anak.
Walau masih
baru lanjut TW keberadaan obyek wisata Watu Sepur sudah cukup dikenal warga
Klaten. Terukyi dihari-hari libur, Sabtu dan Minggu tempat ini ramai dikunjungi
wisatawan. Mereka datang dari berbagai daerah di Klaten. Bahkan Watu Sepur
sering digunakan oleh dinas instansi atau perusahaan untuk kegiataan-kegiatan
tertentu yang memerlukan suasana tenang dan nyaman. Terakhir di Watu sepur juga
sukses menyelenggarakan lomba lukis dan gambar tingkat TK dan SD.
Apapun yang
dilakukan mas TW dan temen-temennya sungguh luar biasa. Dengan keterbatasan dan
semangat maju yang tinggi mereka tanpa lelah mencoba menggeliat mengoptimalkan
potensi yang ada didesanya. Belum ada satupun bantuan datang dari luar yang
masuk untuk pengelolaan Watu Sepur. Selaa ini mereka hanya mengandalkan pendapatan
dari karcis masuk Rp 2000/orang untuk membiayai operasional dan perawatan fasilitas wisata.(advetorial)
0 komentar:
Post a Comment
Tanggapan dengan menyertakan identitas tentu akan lebih berharga...