Dalam proses ini dinikahkan antara bagus Tirta
yang diwujudkan dengan air serta Siti Pertiwi yang diwujudkan dengana tanah.
Namun air dan tanah yang mereka ambil bukan sembarang tanah. Tanah yang mereka
kawinkan adalah tanah dari satu daerah di wilayah kecamatan Delanggu yang
dikenal sebagai penghasil padi Rojolele. Sementara air diambilkan dari salah
satu umbul air yang ada di wilayah Polanharjo.
Tradisi unik yang dirangkai dengan prosesi
upacara adat serta iring-iringan delman, sepeda ontel dan lainnya tersebut dimaksud
untuk menyatukan dua unsur bumi agar daerah mereka bisa mendapatkan rahmat melimpah
dari Yang Maha Kuasa.Lahan pertanian tanahnya bisa subur seperti di wilayah
Delanggu dengan pengairan yang tak pernah kering seiring dengan adanya mata air
yang tak pernah kering.
Dalam proses ini, sebelum akad nikah digelar
dua pasangan “pengantin” ini diarak sejauh 3 kilometer dengan diiringi berbagai
kesenian tradisional serta ratusan sepeda ontel, delman serta kendaraan lain.
Dengan pakaian adat para tokoh masyarakat ikut mengawal prosesi tersebut. Layaknya
prosesi pernikahan sungguhan, prosesi siraman pada kedua pasangan pengantin.
Ketua panitia sekaligus ketua paguyuban Bumi
Karoipan menjelaskan prosesi pernikahan antara air dan tanah, merupakan simbol
wujud rasa syukur masyarakat wilayah Polanharjo atas lmpahan rahamat dari Yang
maha Kuasa yang selama ini mereka nikmati dan rasakan. Simbol tanah dari
wilayah Delanggu dan air dari salah satu mata air di Polanharjo merupakan
harapan desa mereka mampu memiliki lahan pertanian yang subur seperti yanag ada
di wilayah delanggu dengan air yang melimpah tak pernah surut seperti di
wilayah Polanharjo.
“Prosesi ini adalah ungkapan rasa syukur atas
semua karaunia Yang Maha Kuasa serta harapan warga agar Polanharjo memiliki
lahan pertanian yang subur dengan pengairan yang terus mengalir sepanjang tahun”,
ujarnya. (nggih)
0 komentar:
Post a Comment
Tanggapan dengan menyertakan identitas tentu akan lebih berharga...