![]() |
Edi AMIGO Sulistiyanto |
Group
ketoprak pelajar mulai dari TK, SD, SLTA hingga ketoprak remaja, dewasa umum
kini hampir dimiliki oleh semua sekolah di Klaten. Bahkan tak sedikit sekolah
yang memasukkan kegiaatan ini sebagai extra kulikuler sekolah bidang seni dan
budaya. Maka tak heran jika sering kali group ketoprak pelajar dari Klaten
menjuari berbagai event kejuaran baik tingkat regional dan nasional.
Animo
dan gandrung ketoprak di Klaten dalam beberapa tahun terakhir ini memang tak
dapat dipungkiri. Hampir disetiap kegiatan perayaan, baik di desa hingga kota
pagelaran ketoprak selalu ditampilkan sebagai salah satu kesenian yang
dipertunjukkan. Alhasil kini banyak perkumpulan ketoprak bersifat konterporer
muncul di Klaten. Seperti ketoprak pejabat, ketoprak karyawan, ketoprak
pelajar, ketoprak anak-anak dan lainnya. Perkumpulan ini walau belum memiliki
wadah group resmi namun siap tampil kapan saja dan dimana saja.
Bangkitnya
ketoprak di Klaten tak bisa lepas dari peraan sosok dingin Edy Sulistiyanto yang
semasa kecilnya akrab dipanggil dengan sebutan Ho-ho. Dari kecintaan beliau
akan seni budaya jawa, khususnya ketoprak, maka sejak kecil dirinya serius
mempelajari sekaligus menekuni seni ketoprak secara utuh, baik peran, watak,
cerita hingga sejarah tentang ketoprak.
“Maaf
saya orang Indonesia warga keturunan (Tionghoa). Namun karena lahir besar dan
hidup di Klaten dan orang tua saya juga lahir di Klaten, maka sejak kecil kami
sekeluarga selalu diajari semua kebudayaan Jawa, mulai dari wayang kulit, tari,
gamelan, ketoprak hingga wayang orang. Bahkan saking cintanya pada budaya Jawa,
dalam keseharian di rumah kami selalu menggunakan bahasa jowo alus dan itu kita
terapkan di perusahaan saya. Dan sampai sekirang saya malah nggak bisa ngomong
pakai bahasa cina. Maka sejak itu saya cinta banget dengan budaya jawa yang
namanya ketoprak”, ujar Edy Sulistiyanto yang juga owner AMIG GROUP ini.
Kecintaan
dirinya terhadap ketoprak tidak sebatas menggerakkan, membiayai dan menjadi
sponsor. Menurutnya sejak kecil dirinya sudah mulai terjun ikut main ketoprak
di beberapa group ketoprak dan pentas dibeberapa kota, seperti Jakarta bahkan
sempat masuk TV. Berawal dari situlah pemilik nama asli Djie Long Houw ini
memiliki obsesi menjadi penulis, sutradara sekaligus produser ketoprak.
Dan
kini perjuangan anak ke eempat dari tujuh bersaudara kelahiran 26 Agustus 1945
ini ternyata tidak sia-sia. Semua jerih payah dan kecintaanya pada budaya Jawa
khususnya ketoprak membuahkan hasil yang
membanggakan. Virus ketoprak saat ini sudah mulai tumbuh dan menjalar hampir
disetiap jiwa anak anak dan masyarakat Klaten. Munculnya gropu dan festival
ketoprak anak, ketoprak remaja, ketoprak sekolah mulai dari PAUD hingga SLA
yang digelar hampir setiap tahun. Bahkan belum lama digelar pula ketoprak
pejabat dan ketoprak gabungan yang diprakarsai oleh bagian Humas pemka Klaten.
Ini semua adalah bukti kerja kerasnya selama ini tidak seia sia..
Obsesi
bapak tiga anak ini sebenarnya tidak berlebihan. Dirinya hanya ingin
menunjukkan jika Klaten sebagai kota Ketoprak bukan sekedar slogan. Dirinya
berharap kedepan akan muncul group dan pemain ketoprak handal dari Klaten yang
mampu mengangkat kesenian ketoprak Klaten dikancah budaya Nasional bahkan
internasional.
Kenapa
Ketoprak harus tetap hidup dan ada di Klaten, menurut Edi hal ini bukan tanpa
alasan. Karena kesenian ketoprak pertama kali muncul di Klaten yang pada masa
itu lazim disebut dengan nama ketoprak Tobong. Dengan gedung pertunjukkan seadanya
hanya terbuat dari gedek, beratap
anyaman daun aren, atau Rapak (daun tebu) serta bambu, ketoprak telah
menjadi kesenian yang mampu menjadi magnet bagi masyarakat dari segala lapisan.
Tobong ketoprak dialun-alun Klaten tak pernah sepi penonton.
Sejak
itu munculah nama nama group ketoprak mulai dari Sari Budoyo, Ngesti Budoyo
hingga Wahyu Budoyo dan lainnya. Dan pada sekitar tahun 1970 adalah masa masa
kejayaan dunia ketoprak di Klaten. “Saya ingin Klaten dengan segala potensinya
yang ada mampu mengulang kembali masa kejayaan itu. Dan melihat potensi yang
ada saat ini saya yakin bisa. Saya ingin Klaten sebagai kota ketoprak dapat
dinikmati dan dikenang oleh anak cucu kita nanti”, harapnya.
Kini
hampir disetiap kegiatan perayaan entah yang bersifat nasional atau kedaerahan,
ketoprak mulai dipentaskan. Baik di desa desa, dikota mulai dari sekolah,
instansi hingga masyarakat umum. Dan semua itu tak lepas dari peran dan
sentuhan tangan dingin sosok Edy Sulistyanto. Maka tak berlebihan jika beliau
disebut sebagai bapak ketoprak klaten. (btv)
0 komentar:
Post a Comment
Tanggapan dengan menyertakan identitas tentu akan lebih berharga...