![]() |
Edy Sulistiyanto owner Amigo Group bapak ketoprak Klaten |
Pagelaran ketoprak pelajar Klaten(FKP)
menyongsong sewindu pagelaran budaya ini akan diselenggarakan di aula SD
Krinten 1 Klaten yang berlokasi di jalan Arum Ndalu kampung Klasman Klaten
Tengah Jawa Tengah. Dipastikan 38 sekolah mulai dari tingkat SD/SMP hingga
SMK/SMP akan tampil maksimal karena didukung dengan tata pangung, dekorasi,
tonil, efek suara dan tata lampu yang serta canggih.
Edy Sulistiyanto selaku pemrakarsa
yang juga bapak ketoprak Klaten
mengatakan pagelaran festival ketoprak tahun 2017 menyongsong sewindu kegiatan ini
diharapkan mampu menyebarkan virus ketoprak yang bene virus budaya nenek moyang
agar dapat merasuk dan menjiwai anak anak generasi muda yang juga generasi masa
depan bangsa.
“Obsesi saya tidak berlebihan hanya
ingin, kita sebagai wong Jowo atau bangsa indonesia memiliki budaya leluhur
yang dapat dimiliki dan diingat oleh anak anak generasi penerus kita nanti.
Jangan sampai kita sebagai wong Jowo atau orang Indonesia justru kehilangan
jati dirinya sendiri, karena masuknya budaya asing. Maka festival ini selain
untuk nguri-uri budaya juga membentuk karakter anak agar tumbuh menjadi
generasi yeng memiliki kpribadian, karakter, tanggung jawab dan wawasan kebangsaan
yang luas”, ujarnya.
Menurut sang owner Amigo Group ini,
dalam kesenian ketoprak penuh filosifi dan ajaran kebaikan yang perlu
dimengerti oleh kaum generasi muda. Karena dalam kesenian ketoprak kita bisa
mengambil ajaran ajaran yang baik, mulai
dari rasa tanggung jawab, kecintaan pada tanah air, berprilaku menjadi sosok
yang berjiwa kastria serta hidup bermasyarakat yang baik serta jiwa tolong
menolog dan toleransi yang sudah ada sejak jaman nenek moyang kita.
Sehingga jika virus ketoprak bisa disebarkan
dan merasuk pada semua generasi muda di Klaten niscaya kedepan Klaten akan
memiliki genarsi muda yang baik, berkarakter, cerdas serta berwawasan nasional.”Jangan
sampai kita kehilangan jati diri kita sebagai orang jawa. Mari kita lestarikan
dan uri-uri budaya leluhur kita untuk keberlangsungan anak cucu kita nanti”, ujar
sang pemrakarsa yang semasa kecilnya akrab dipanggil Ho-Ho ini.
Klaten sebagai Kupaten ketoprak
memang tidak berlebihan, karena pertunjukan budaya ini pertama kali
diperkenalkan di Klaten sekitar 1940 an dimana saat itu masih dikenal sebagai
ketoprak tobong. Panggung dan gedungpun masih sangat sederhana yakni
menggunakan bambu, berdinding gedek dengan atap terbuat dari rapak (daun tebu).
Tahun 1960 hingga tahun 1970an
adalah masa kejayaan ketoprak di Klaten. Bertempat di alun-alun Klaten berdiri
megah gedung ketoprak terbuat dari bambu dan beratap rapak dengan menampilkan
berbagai group ketoprak saat itu seperti Ngesti Budoyo, Wahyu Budoyo, Wahyu
Mataram dan lainnya.
Untuk tahun ini menurut sosok yang
dulu bercita-cita menjadi seorang arsitek ini, festival ketoprak pelajar Klaten
yang sudah berumur sewindu ini bisa naik kelas menjadi festival tingkat Jawa
Tengah. “Kita berharap bisa naik kelas dan pemerintah daerah baik tingkat kabupaten
dan propinsi mau menyikapi niat baik kita ini”, ujar bapak tiga anak yang masa
kecilnya punya nama beken yakni Loing Houw (neo ramadhan)
0 komentar:
Post a Comment
Tanggapan dengan menyertakan identitas tentu akan lebih berharga...