Kepala Desa Jonggrangan Sunarno menyampaikan, Bersih Desa
ini merupakan tradisi turun-temurun yang dilakukan oleh warga Jonggrangan.
Bersih Desa ini dimaksudkan untuk nguri-uri
tradisi dan budaya yang ada di masyarakat Jonggrangan. Dan hingga saat ini masyarakat esa Jonggrangan masih
kukuh untuk terus meraat dan melestarikan budaya ini agar tidak tergerus oleh budaya
asing.
“Tradisi Bersih Desa ini rutin digelar setiap tahun, yaitu
pada bulan Sura. Bersih Desa ini sebagai wujud rasa syukur warga atas berkat
yang diterima dari Tuhan. Acara ini juga untuk melestarikan tradisi agar tidak hilang
dan dilupakan masyarakat. Jangan sampai
anak cucu kita tak mengenal budayanya sendiri, karena sudah terpengaruh oleh
budaya negara lain” ujarnya.
Dalam Tradisi Bersih Desa ini, warga dari tiga RW di Jonggrangan
itu membawa persembahan berupa makanan dan mengirab gunungan hasil bumi. Kirab
diawali dari Balai Desa Jonggrangan dan berakhir di Sendang Simbar Joyo. Warga
berjalan sekitar 500 meter dengan penuh semangat dan khitmad.
Sesampai di Sendang Simbar Joyo, gunungan hasil bumi itu kemudian
diserahkan oleh Kades Jonggrangan Sunarno kepada ”pinituwa” sendang tersebut. Selanjutnya, dilakukan doa bersama
yang dipimpin oleh Kaur Umum (Modin)
Desa Jonggrangan, Harjoko. Kemudian, gunungan hasil bumi itu diperebutkan oleh
warga yang hadir.
Gelaran Bersih Desa tahun ini terasa lebih semarak. Usai
Bersih Desa akan dilakukan peresmian masjid yang lokasinya tidak jauh dari Sendang
Simbar Joyo pada hari Sabtu (30/9) disusul
peletakan batu pertama pembangunan gereja pada
hari Minggu (1/10), yang letaknya berdekatan dengan sendang tersebut. Tradisi
Bersih Desa ini diadakan sebagai bentuk untuk merawat budaya lokal dan merajut toleransi
antarumat beragama di Desa Jonggrangan. (Laurent)
0 komentar:
Post a Comment
Tanggapan dengan menyertakan identitas tentu akan lebih berharga...