Alergi kulit yang dirasakan petani mulai
dirasakan sejak musim tanam hingga waktu panen tiba. Seperti yang dialami Jumanto Kadus Solodiran itu
mengaku sudah tiga tahun ini mengalami alergi kulit. Dari hasil
pemeriksaan saat berobat ke puskesmas terdekat diketahui gatal disebabkan
karena adanya “alergi tembakau”.
“Hasil
pemerikssaan saat saya ke rumah sakit dan dokter spesialist kulit mendapat
penjelasan dari dokter jika gatal yang saya derita dan dirasakan oleh warga
lain lebih banyak disebabakan karena faktor alergi tembakau. Hal itu bisa
sembuh jika penderita menjauh atau tidak bersentuhan dengan tanaman tembakau”,
ujarnya.
Terkait munculnya
penyakit gatal-gatal di dea Selodiran tampaknya
mengundang kepedulian sebuah rumah sakit swasta di Klaten. Minggu pagi
(24/9) dengan membawa sejumlah tim medis yanag terdiri dari dokter dan perawat Rumah Sakit Cakra Husada
(RSCH) Klaten menggelar bakti sosial pengobatan gratis bertempat di Balai Desa Solodiran.
Kegiatan ini
mendapat sambutan serta respon luar biasa dari warga setempat. Ratusan warga
datang ke balai desa untuk memeriksakan kesehatannya, terutama rasa gatal yang
hampir menyerang diseluruh tubuh mereka.
“Sebagian warga yang datang
ke baksos ini mengeluhkan rasa gatal di tubuhnya. Seperti di tangan, kaki,
dada, sekitar mata, dan sebagainya. Kalau digaruk, maka di bagian tubuh yang
gatal itu akan timbul bintik-bintik merah,” kata dr Adelia Asri Pertiwi, dokter
RSCH Klaten ini.
Untuk mencegah alergi kulit
itu, maka Dokter Adelia menyarankan kepada petani tembakau untuk memakai
pelindung tubuh saat beraktifitas di sawah. Petani diimbau memakai sarung
tangan, pakaian lengan panjang, sepatu boot,
masker penutup mulut, dan sebagainya. Sementara obat salep anti alergi boleh dipakai. Tapi jangan terlalu
sering, karena bisa mengakibatkan kulit menjadi
semakin tipis.(laurent)
0 komentar:
Post a Comment
Tanggapan dengan menyertakan identitas tentu akan lebih berharga...