Disaat
banyak orang mulai meninggalkan budaya leluhur dan “mengadopsi” budaya asing
untuk dipaksakanan masuk dan menjadi budaya kita yang baru, di Deelanggu,
Klaten Jawa Tengah, petani kembali mencoba melestarikan dan nguri nguri budaya
tersebut. Tradisi wiwit dan nyajeni yang dipadu dengan ritual gunungan digelar
sebagai ungkapan rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rejeki
dan hasil panen yang baik.
Dengan
membawa gunungan yang terbuat dari aneka jbuah jajan pasar serta nasi berikut
ingkung ayam dan perlenegkapan lainnya, para petani mengarak gunungan dan
sejaji ketengah sawah yang mulai menguning dan siap dipanen. Dipimpin salah
satu sesepuh atau orang yang dituakan ritualpun dilakukan sebagau ungkapan
syukur atas hasil tanam yang baik.
Usai
berdoa sajenpun dibagi dan ditata rapi diatas daun pisang untuk selanjutnya
diletakkan disetiap pojok sawah, sedang beberapa buah disebar ditengah sawah
atau istilahnya “mbuangi”. Tradisi ini
merupakan simbol penghormatan pada Dewi Sri atau Dewa Padi yang diyakini sangat
membantu dalam keberhasilan mereka dalam mengolah sawah. Sementara nasi dan
buah-buahan lainnya langsung dibagikan pada semua orang yang datang tanpa
terkecuali.
Nikmat,
lezat dan alami itulah yang kita rasakan saat menikmati sego wiwit lawuh gereh
petek dan gudangan kanagkung dan kacang panjang mentah. Kita seakan kembali
diajak bernostaligia di era atahun 1970an.
Sesepuh
desa Delanggu Miyoto Suwarno menjelaskan tradisi wiwit dan nyajeni sudah ada
sejak jaman nenek moyang sebagai ungkapan rasa sykur petani atas keberhasilan
mengolah sawah dengan hasil panen yang baik. Namun diakui tradisi tersebut kini
sudah banyak ditinggalkan para petani khsusunya metreka yang ada di sekitar perkotaan.
“Ini
aset budaya dan tradisi leluhur sayang jika hilang begitu saja. Maka apa yang
dilakukan para petani di Delanggu dengan menghidupkan lagi budaya wiwit atau nyajeni
yang dipadu dengan arakan gunungan, kita semua berharap tradisi leluhur asli
bangsa Indonesia tidak hilang atau diganti oleh budaya asing”, ujarnya.
(ajipamungkas)
0 komentar:
Post a Comment
Tanggapan dengan menyertakan identitas tentu akan lebih berharga...