Ketua panitia penyelenggara Sukardi
mengatakan, Dharma Santi merupakan rangkaian kegiatan hari Nyepi sebelumnya dimana
umat Hindu telah melaksanakan upacara Melasti (pengambilan air suci) di Umbul
Geneng, Tawur Agung Kesanga di Candi Prambanan, Catur Brata Penyepian ( amati
geni, amati karya, amarti lelungan dan amati Lelanguan) dan Ngembak geni. “
Kegiatan Dharma Santi Nyepi sebagai upaya untuk meningkatan kwalitas Srada
(Iman) dan Bhakti (taqwa) umat yang dirasa masih jauh dari keempurnaan “
ujarnya.
Menurut Sukardi, kegiatan dharma santi
nyepi tahun 1939 Saka mengambil thema “ Jadikan Catur Brata Penyepian
Memperkuat Toleransi Kebhinekaan Berbangsa dan Bernegara demi Keutuhan Nekara
Kesatuan republik Indonesia (NKRI) “. Menghadirkan pejabat Sipil TNI dan POLRI
di tingkat kabupaten dan Propinsi dan ribuan peserta dari usur TNI, POLRI, PHDI
dan STHD serta uat hindu setempat .
Pelaksana tugas (Plt) Bupati Klaten Hajah
Sri Mulyani melalui staf Ahli bupati bidang Kemasyarakatan dokter Rony Rukminto
mengatakan, Dharma Santi Nyepi merupakan momen penting
dalam kerangka kebersamaan sekaligus untuk mulat Saliro Hangrasa Wani ( berani
mawas diri ). Disamping itu juga diorientasikan untuk melaksanakan Dharma
Negara dan Dharma Agma guna memayu Hayuning Bawana untuk menjaga keharmonisan
Makro dan Mikro kosmos, keselarasan dan keharmonisan lahir bathin antara
manusia dengan Tuhan dan Alam sekitarnya.
Lebih lanjut Plt bupati mengatakan,
pemahanan nilai-nilai Karma Marga (filosofi kerja) Rame Ung Nggawe Sepi Ing
Pamrih, Memayu Hayuning Bhawana yang tersirat dalam sastra agma sebagai dasar
dalam berkarya,. Wejangan Sri Kresna kepada Arjuna menjadi dasar filosofis
Saudara dalam melaksanakan tugas sehari-hari sebagai dharma atau ibadah merupakan
nilai penting yang perlu dilestarikan dalam rutinitas harian.(han/aan)
0 komentar:
Post a Comment
Tanggapan dengan menyertakan identitas tentu akan lebih berharga...