![]() |
Lahan sawah di Ganatiwarno yang berubah jadi Rawa |
Dalam kunjungan tersebut Gubernur menaandaskan jaman dulu setiap desa di Jawa Tengah memiliki petugas yang mengatur air yang disebut Ulu-Ulu, namun saat ini petugas tersebut tidak ada lagi, sehingga air tidak bisa diatur dengan baik. Untuk itu guna mengatasi permasalahan desa Kerten, Pemprov Jateng, pemkab, dan Balai Besar Wilayah Bengawan Solo, akan menugaskan seseorang yang mengatur keluar masuknya pintu air.
Disamping itu kata Gubernur perlu adanya
koordinasi antar warga desa terkait dalam pengelolaan air di wilayah
Gantiwarno. Menurut gubernur tanpa dikelola oleh orang yang ahli dibidangnya,
maka sulit mengatas permasalah air di wilayah tersebut.
“ Jika memang sulit mengatasi masalah
air yang sudah berjalan puluhan tahun ini, mungkin bisa kita carikan solusi
lain misalnya membuat embung di lahan tersebut dengan memanfaatkan dua sungai
dan lahana yang ada, sehingga bisa dijadikan obyek wisata dan perikanan yang
memiliki nilai ekonomis bagai warga sekitar. Dan tentunya harus disertai dengan
adanya ganti rugi lahan dengan tanah kas desa”, ujar Gubernur.
Sementara kepala desa Kerten Saridi
didampingi Tukimin salah seorang pemilik lahan yang kerendam mengemukakan, lahan
persawahan di dukuh Sangiran Gebang dan Jatimulyo yang kerendam berkisar antara
76 hektar milik warga desa Kerten, dan puluhan hektar yang lain masuk desa
Sengon. Kondisi yang demikian saat musim penghujan sudah berjalan sekitar 40
tahun.
Kondisi yang demikian, kata Tukimin
lebih lanjut, berawal dengan adanya kebijakan dari pemerintah desa menutup
saluran air yang mengarah ke sungai ke Dengkeng. Akibat kebijakan yanag diambil
puluhan tahun lalu baru sekarang terasa akibatnya. Lahan menganggur dimusim
penghujan tiba, hanya bisa ditanami tembakau sekali saat musim
kemarau.(masnabe)
0 komentar:
Post a Comment
Tanggapan dengan menyertakan identitas tentu akan lebih berharga...