![]() |
Gotong royong penerima RTLH anggota KTB malah "ngilang" |
KTB lahir berawal dari rasa
keprihatinan menyusul terjadinya tragedi gempa hebat yang melanda Klaten dan
Jogyakarta khsusnya di wilayah kecamatan Ganatiwarno dan Wedi. Peristiwa tahun
2006 membuat ratusan rumah rusak dan rata dengan tanah sementara ratusan nyawa
tak berdosa melayang tertimbun reruntuhan rumah.
Dari rasa kemanusiaan dan
keprihatinan inilah akhirnya beberapa tokoh masyarakat Wedi melakukan aksi
bakti sosial kepada mereka yang membutuhkan. Berbagai kegiatan sosial
dilakukan, mulai dari memperbaiki rumah, membantu sembako, menjaga lingkungan
hingga masalah sosial lain yang bersifat kemanusiaan. Semua pyuurr menolong
tanpa pamrih.
Seiring berjalannya waktu KTB
yang semula hanya beranggotakan puluhan orang akhirnya berkembang dengan pesat.
Pada akhirnya komunitas yang sempat diresmikan di aula kecamatan Wedi ini
“digunakan” oleh penguasa saat itu untuk menopang berbagai kegiatan sosial di
Klaten. Mulai saat itulah bendera KTB berkibar diatas angin. Hampir semua
kegiatan sosial yang dilaksanakan Pemerintah kabupaten Klaten KTB selalu tampil
di depan.
![]() |
KTB seharusnya mencontoh Bupati dan pak camat mau nyambut gawe. |
Dan entah mengapa dan atas
kebijakan siapa “tidak ada” yang tahu, tiba-tiba KTB “dipercaya” oleh Pemda
sebagai relawan pendamping program RTLH di Klaten. Entah ada “perjanjian
dibawah meja” atau karena kepercayaan, atau memang ada Sknya, KTB pegang
kendali dalam program RTLH di Klaten, mulai dari proses awal pembuatan proposal
hingga pengedropan matrial. Luarrrr biasa!!!.
Kegiatan yang sudah “berbau”
proyek ini banyak membuat para pendiri dan “pentolan” KTB di Wedi gerah dan
tidak setuju. Karena KTB yang dirikan saat itu pyur kegiatan sosial kemanusiaan
bukan kegiatan “proyek” komersial. Maka sejak itu para pendiri dan pentolan KTB
di wilayah Wedi banyak yang mengundurkan diri, seperti misalanya Edy,
Amir,Raharjo,Bendil dan masih banyak lagi. Mereka tak mau lagi bergabung di KTB
karena roh KTB sudah hilang dan sudah melenceng dari cita cita luhur semula.
Praktis hampir 99 persen pendiri dan tokoh KTB di Wedi “pensiun dini”.
![]() |
Kalau acara yang seperti oknum KTB pasti sudah nunggu diluar. |
“Sejak KTB berubah arah dan
melenceng dari roh sosiala kemanusiaan, kami selaku pendiri dan penggagas KTB
lebih baik mundur sejak awal, ketimbang apa yang dilakukan sudah tidak lagi
mencerminkan jiwa sosial. Sehingga jika KTB sekarang digunakan oleh oknum-oknum
yang tidak bertanggung jawab untuk kegiatan komersial kami dan temen-temen di
Wedi angkat tangan dan sudah tidak tahu menahu. Itu bukan lagi tanggung jawab
kami lagi, karena kami sudah keluar sejak 7 tahun lalu”, ujar Raharjo Mbendil
salah satu pendiri dan aktivis KTB asal Wedi.
KTB kini sudah berkembang dan
beranak pinak. Anggota dan pengurusnya sudah ada disetiap kecamatan. Sementara
kegiatannya hampir sama yakni mengawal skalaigus mengurus RTLH di wilayah
masing-masing. Padahal di kota kelahirannya sendiri para pentolan dan anggota
KTB nyaris tidak ada lagi.
Menjadi PR dan tanggung jawab
pemerintah saat ini untuk mengevaluasi kembali peran KTB dalam program RTLH.
Dan jika perlu Pemda Bupati harus berani mengusut tuntas kemana saja dana “sunatan
massal” mengalir apakah ada oknum Bapermas yang ikut bermain, termasuk menelusuri apakah dulu mereka ditunjuk secara
resmi sebagai relawan pendamping program RTLH atau sekedar "ditunjuk". Kita tunggu keberanian Srikandi
Klaten Hj Sri Hartini dalam ndandani Klaten dalam upaya menuju Klaten Yang Maju
mandiri dan Berdaya saing.(neo suzegy)
0 komentar:
Post a Comment
Tanggapan dengan menyertakan identitas tentu akan lebih berharga...