Sutikno memperlihatkan surat edaran dari Satpol PP Klaten |
Klaten
Mattanews.com
- Pembangunan Masjid agung Al-Aqsha yang menjadi kebanggaan masyarakat Klaten,
menyisakan sedikit ceita perih bagi beberapa orang, terutama mereka yang sudah
mapan dan mengais sedikit rejeki di lingkungan Masjid Agung Al-Aqsha yang
dulunya merupakan exs terminal bus antar kota antar provinsi Jongrangan.
Sedikitnya
ada 15 pedagang kaki lima (PKL) yang telah tahunan mengantungkan hidup dari
berjualan di trotoar masjid agung, kini nasibnya di ujung tanduk. Satpol PP
Klaten siap menggusur mereka jika nekad berjualan disekitar Masjid. Menyusul
surat pemberitahuan dari Satpol PP dimana pedagang kaki lima boleh lagi
berdagang di sekitar Masjid.
Hal
tersebut di ungkapkan oleh Sutikno salah satu pedagang kaki lima (PKL) exs terminal
Jonggrangan, Sutikno seorang pedagang mie ayam yang telah mangkal di lingkungan
tersebut sejak 2003. Sebagai warga negara yang baik, Sutikno beserta
rekan-rekan pedagang kaki lima yang masih bertahan di lingkungan Masjid Agung
Al-aqsha, menerima apa yang menjadi keputusan pemerintahpemerintah daerah.
Melalui
surat pemberitahuan dari Satpol PP, demi menjaga ketertiban dan keindahan
lingkungan Masjid agung, semua PKL yang masih berjualan di lingkungan tersebut
di minta untuk meninggalkan dan
membongkar lapak yang menjadi sumber penghidupan mereka secara mandiri.
“Sebelumnya
sudah ada peringatan secara lisan dari Satpol PP agar kami tidak lagi berjualan
di tempat ini, namun kami ngeyel dan tetap berjualan. Dan hari ini, Senin
(21/12) kami mendapat surat pemberitahuan dari Satpol PP untuk mengosongkan tempat
ini. 1X 24 jam terhitung dari di layangkan surat tersebut tempat ini harus
bersih tidak ada lagi yang berjualan” ujar Sutikno. Sebagai rakyat kecil lanjut
Tikno, tentunya kami tidak bisa berbuat apa-apa, kami hanya bisa pasrah. Mulai
besuk terpaksa kami bongkar lapak dan
tidak berjualan lagi.
Namun
dirinya bersama teman sesama PKL tidak akan tinggal diam, akan meminta kepada
pemerinta daerah melalui instansi terkait dan DPRD untuk memberi solusi atas
penggusuran ini. Di harapkannya ada kebijakan yang sedikitnya berpihak pada
mereka .
“Ini
sudah menyangkut masalah perut kami dan keluarga kami, tentunya kami tidak akan
tinggal diam dengan apa yang terjadi saat ini, secepatnya kami akan menghadap
ke instansi terkait agar mereka memberikan solusi, semisal dengan menyediakan
tempat dengan sistem sewa agar kami tetap bisa menhidupi keluarga” ujar Sutikno
(hil)
0 komentar:
Post a Comment
Tanggapan dengan menyertakan identitas tentu akan lebih berharga...