![]() |
Sendang Sinongko Ceper salah satu penyuplai air Klaten |
Berangkat dari hal itu, Institut Javanologi dan
kelompok studi Bio Universitas UNS menggelaar saresehan Budaya denagn tema“Klaten Nagari Seribu
Umboel” yang di laksanakan di pelataran sumber mata air Surya Wening, Dukuh Gereh,
Desa Kadilajo, kecamatan Karangnongko.
“Dari sejarah masa lalu, Kerajaan-kerajaan besar
pasti berada di dekat sungai besar, dan Klaten terkenal sebagai lumbung pangan baik
saat kerajaan Martaram Kuno maupun Mataram baru. Berangkat dari itu diadakanlah
saresehan budaya ini” ujar pemerhati Budaya, Prof. Sugiarto MSi.
Menurutnya, Klaten memang kaya akan sumber mataa
air, tapi penggunaan air untuk rakyat terbatas. Bahkan sumber mata air terkesan
terbengkalai. Di butuhkan kesadaran masyarakat dan dukungan pemerintah untuk
menjaga kelestarian sumber mata air. Di sisi lain, air di ekploitasi secara
individu, privatisasi air saat ini luar biasa, mulai dari Hotel hingga di
kelola oleh perusahaan air minum dalam kemasan. Padahal Undang-undang menjamin
bahwa air digunakan untuk hajat hidup orang banyak.
![]() |
Lereng merapi daerah resapan yang perlu dirawat kelestariannya. |
“Contoh Kemalang sebagai daerah resapan air disuruh
menanam macam-macam, tapi ketika kemarau malah beli air. Ini persoalan
keadilan, pemerintah seharusnya bisa membuat infrastruktur kearah sana (lereng
Merapi). Hak-hak mereka tidak hanya daerah konservasi, tapi juga bisa
menikmatinya,” imbuh dosen program studi Biologi FMIPA UNS ini.
Selain itu, alternatif lain untuk mengatasi krisis
air adalah kompensasi atau CSR perusahaan air dikembalikan ke sabuk Merapi.
Kendati demikian, pihaknya ingin menghidupkan kembali sendang-sendang atau mata
air sebagai public space. Memangkas privatisasi dengan pendekatan budaya agar
air digunakan seoptimal mungkin bagi masyarakat.
Kegiatan sarasehan di meriahkan dengan pementasan
wayang Godhong (wayang daun) oleh Ki Agus Purwantoro,
dengan lakon Tirta Amerta (sumber Air Kehidupan) sesuai dengan tema saresehan
yang mengupas tentang kedaulatan air. Sedangkan wayang godhong mempunyai makna
nyadong atau berdoa kepada tuhan, berasal dari wit-witan (pepohonan) yang
merupakan awal kehidupan. Yang dapat di tafsirkan sebagai ayat kitab suci. “wayang
godhong ini menjadi disertasi saya mendapat gelar Doktor” papar ki Agus.
Saatnya Klaten membuat embung diatas, agar air tidak hilang percuma |
Klaten selama ini memang dikenal daerah yang kaya
akan mata air. Bahkan Umbul Jolotundo dan Cokro termasuk kata gori lima besar
dunia. Namun ditengah melimpahnya air, Klaten masih saja selalu kesulitan air
disaat musim kemarau. Seperti yang terjadi sekarang dimana warga lereng Merapi
dan daerah kecamatan Bayat mulai menjerit karena “kehausan”. (lal/red)
0 komentar:
Post a Comment
Tanggapan dengan menyertakan identitas tentu akan lebih berharga...