![]() |
Lomba getek lokal memperebutkan Trofi dan uang pembinaan |
Sama seperti tahun lalu puncak
acara ditandai dengan kirab gunungan ketupat.
di puncak toris yang kemudian diperebutkan untuk para pengunjung. Sayang acara
yang diharapkan menjadi maghnet pengunjung ini tidak mampu menyedot wisatawan
lokal dan manca negera. Terbukti tidak banyak pengunjung yang ikut melihat atau
berebut “kue keberuntungan” ini.
Kepala Pariwisata Klaten Joko Cipta Ria Wiyono membuka Grebeg Syawalan |
Usai gerebek ketupat acara dilanjutkan
dengan festival getek dan lomba tangkap itik di waduk Rowo Jombor. Dalam lomba
getek yang hanya bisa diikuti oleh warga Kecamatan Bayat cukup banyak dimintai
pengunjung dan warga. Sehingga para pejabat dan tamu undangan lainya banyak
yang tidak dapat tempat duduk karena ditempati penonton.
Dalam lomba getek tradisional yang
terbuat dari bambu memperebutkan 3 trofi dan uang pembinaan. Kepala Dinas
Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olah raga Klaten Joko Cipta Ria menegaskan
lomba getek dimaksud untuk menghidupkan kembali alat tradisional peninggalan
nenek moyang agar tetap lestari can tidak dilupakan generasi sekarang.
![]() |
Joko Cipta Ria Wiyono |
Grebeg Syawalan tahun ini yang ditarget
mampu menyedot pandapatan sekitar Rp 60 juta, tampaknya sulit terwujud. Sepinya
jumlah pengunjung karena tidak lengkapnya sarana hiburan serta acara yang
terkesan monoton, membuat banyak wisatawan yang malas datang di acara tersebut.”Dari
dulu sampai sekarang acaranya kok Cuma begitu begitu saja. Kita jadi kecewa
jauh jauh datang dari Jakarta ternyata nggak ada yang enak untuk dinikmati”,
ujar salah satu wisatawan asal jakarta yang kebetulan ikut mudik saudaranya.
Sepi. Warung apung banyak yang melompong |
Sepinya pengunjung Syawalan tidak
hanya dirasakan panitia penyelenggara. Para pedagang dan pengusaha warung
apungpun banyak yang mengeluh karena jumlah pengunjung turun dratis. Banyak
penjual jajanan dan pemilik jasa mainan yang terpaksa menutup usahanya lebih
awal karena tidak ada peminat.” Dulu hampir tiap menit mainan ini berbunyi mas.
Tapi sekarang sehari belum tentu 4 kali berputar”, ujar pemilik kereta mini mainan
anak anak.
Keluhan sama dirasakan para
pemilik warung apung karena hingga H +7 lebaran jumlah pengunjung tak jauh beda
dengan hari biasa. Bahkan harapan panen rejeki di puncak Syawalan menjadi mimpi
kosong, karena pengunjung syawalan turun dratis. Sehingga banyak warung apung
yang kosong dan sepi pengunjung.”Dulu parkir mobil dan kendaraan sampai tak
muat. Sekarang tempat parkir bisa untuk main bola mas, saking sepinya”, ujar
salah satu pemilik warung apung. (R1/red)
0 komentar:
Post a Comment
Tanggapan dengan menyertakan identitas tentu akan lebih berharga...