![]() |
Cukup bertiang bambu beratap Plastik dijamin pedagang "puas" |
Kesan asal asalan dan amburadulnya pembangunan pasar darurat Srago, semakin tampak ketika banyak pedagang yang terpaksa membuat atau menyewa lapak sendiri, karena jumlah yang disediakan pihak pasar tidak sesuai julah pedagang. Banyak pedagang yang membuat lapak atau kios sendiri, termasuk memasang jaringan listrik. Karena kondisi pasar daurat hanya terbuat dari plastik dan bambu, seluruh pedagang resah, karena kondisi ini menimbulkan kerawanan dan memicu terjadinya pencurian.
Pembangunan
pasar Srago menelan dana Rp5,5 miliar dari APBD Klaten dan APBD Provinsi
tersebut ditargetkan rampung pada 15 Desember 2015 mendatang yang artinya
selama proses pembangunan, 497 pedagang harus menempati pasar darurat yang
dibangun “ala kadarnya”. Namun apakah benar hanya ala kadarnya atau banyak dana
pembuatan pasar darurat yang “Disunat” oknum pejabatnya, hal ini yang menjadi
tanya besar bagi para pedagang.
“Ini
pasar darurat yang terjelek dan terparah kondisinya di Klaten selama saya
menjadi pedagang. Selama ini saya melihat pembangunan pasar darurat dimana
saja, baik di Pedan, Delanggu, Cawas dan lainya, semua baik dan sesuai standar
pedagang. Tapi mengapa di Srago beda. Bayangkan mas, pasar dibuat hanya pakai
bambu dan beratap plastik. Bagaimana nanti kalau hujan dan keamanannya”, ujar
salah satu pedagang.
![]() |
Tidak ada dana pembangunan, pedagang gotong royong buat lapak sendiri. |
Keluhan sama dilontarkan pedagang asal Jatinom karena terpaksa harus membuat lapak sendiri dengan beaya sendiri. Apa yang dialami pedagang asal Jatinom ini juga dialami puluhan pedagang lain karena terpaksa harus merogoh kocek sendiri untuk menyewa dan membuat lapak dagangan.” Katanya disediakan pemerintah, tapi buktinya saya terpaksa menyewa lahan penduduk dana mbayar listrik sendiri. Lantas kemana larinya dana buat pembangunan pasar darurat ini, kalau semua ditanggung pedagang”, tegasnya.
Sementara
janji Lurah Pasar Srago, Agus Setyono, yang memastikan pasar darurat rampung
akhir Juni juga meleset. Karena hingga saat ini ratusan pedagang masih gotong
royong membuat lapak sendiri agar bisa berjualan. Mereka bergotong royong
membuat lapak dan membayar listrik karena pihak Pemda tidak memberi perhatian
sama sekali.”Pemda Buta dengan penderitaan pedagang kecil. Kita kita yang kecil
hanya disiksa dan selalu dibuat susah seperti ini”, tegas pedagang.
Mantan
Kepala Disperindakop dan UMKM Kabupaten Klaten yang sekarang menjabat sebagai
Kepala Disnakertransos, Sugeng Haryanto mengaku tidak hapal detail terkait
pembangunan pasar darurat di Mojayan. Saat dihubungi lewat ponselnya, Sugeng
meminta untuk menanyakan ke UPTD Pasar. “Saya kurang paham detailnya, tanyakan
ke Kepala UPTD pasar saja mas,” ungkap Sugeng saat dihubungi lewat ponsel
(25/7).
Sementara
saat dihubungi lewat telepon, Kepala UPTD Pasar IV Didik Sudiarto menjelaskan pembangunan
pasar darurat tersebut sudah sesuai yang
di RAB. “Itu sudah sesuai RAB dan gambar, memang dalam pembangunan pasar
darurat itu pedagang sepakat untuk patungan dalam memasang listrik. Kalau
terkait teknis lain seperti atap terpal, bisa ditanyakan ke PPKOM saja,” jelas
Didik saat dihubungi melalui ponsel(R1/red)
0 komentar:
Post a Comment
Tanggapan dengan menyertakan identitas tentu akan lebih berharga...