Klaten mattanews – Banjir sampah
di Klaten memang benar - benar sudah masuk pada fase gawat darurat. Gunung
sampah tidak hanya terjadi di Tempat Pembuangan sampah yang ada di Desa
Jomboran Klaten Tengah dan Joho, Prambanan. Di pinggir pinggir desa, atau
sungai di seluruh wilayah Klaten kini terlihat gunung - gunung sampah dengan
bau busuk yang begitu menyengat. Ini terjadi menyusul ditutupnya TPA sampah
Joho sehingga tidak ada pengambilan sampah di suluruh TPS yang ada di Klaten
selama satu pekan.
Dipasar kota Klaten gunungan
sampah ada beberapa titik. Akibat banyaknya sampah yang menumpuk pedagang
mengalami kerugian cukup besar. Dampaknya mereka sepakat tidak akan membayar
uang ristribusi harian selama masalah sampah belum teratasi.
“ Mau bayar pakek uang apa mas. Lha
wong dagangan saja beberapa hari nggak laku. Sudah hampir 5 hari pembeli tidak
ada yang mau datang kesini, karena akses jalan tertutup gunung sampah,
sementara bau yang ditimbulkan sangat mengganggu. Sehingga banyak pelanggan
yang pindah ke pasar lain”, ujar mbok Yem pedagang tahu lesehan yang letaknya
tepat disamping gunung sampah pasar.
Beberapa pedagang kepada
mattanews mengatakan, selama ini mereka rutin membayar ristribusi pasar dan
sampah. Maka wajar jika mereka menuntut agar tempat jualan mereka bersih
sehingga kegiatan jual beli tidak terganggu.
Selain tidak mau bayar
ristribusi, pedagang pasar kota atau pasar tiga lantai, akan menggelar demo sampah ke
Pemda Klaten, jika Bupati Klaten tidak mampu mengatasi masalah yang menimpa
warganya.” Kita siap menggelar demo dengan membawa sampah ke Pemda atau rumah
dinas Bupati, jika masalah ini tidak segera diatasi. Biar mereka tahu rakyat
kecil sangat terganggu dengan masalah sampah”, ujar salah satu pedagang. (tev)
0 komentar:
Post a Comment
Tanggapan dengan menyertakan identitas tentu akan lebih berharga...